Mengetahui kondisi psikis anak kita, harus kita mulai dari sebuah paradigma yaitu ANAK KITA BUKAN KITA. Hal ini sangat penting. Saya sering bertanya kepada orangtua tentang harapan ke depan anaknya ingin menjadi apa. Rata-rata orangtua menjawab menginginkan anaknya menjadi A, B, C, dan lain-lain. Oleh karena itu anaknya harus melakukan A, B, C dan lain-lain. Kesimpulannya hampir setiap orangtua menginginkan anaknya dibentuk berdasarkan apa yang orangtua inginkan. Padahal faktanya bisa saja keinginan, kebutuhan, rasa suka dan bakat anak berbeda dengan orangtuanya. Ayo munculkan paradigma baru, bahwa ANAK KITA BUKAN KITA, pasti orangtua akan memberikan kesempatan untuk mengajak berbicara anaknya. Terutama tentang keinginannya, kebutuhannya dan rasa sukanya. Jika bakat anak kita ada yang mirip dengan orangtuanya, maka hal itu wajar. Namun yang akan menjadi masalah jika bakat anaknya tidak sama dengan orangtuanya, lalu ditarik dan dipaksa agar sama, maka percayalah anak kita akan tidak bahagia. Menjadi orangtuanya manusia, harus memahami dan siap mengaplikasikan paradigma ANAK KITA BUKAN KITA. Dan orangtua harus mendukung bakat dan minat anaknya. Jika hal ini dilakukan maka orantua lulus level pertama menjadi ORANGTUANYA MANUSIA.