Diferensiasi Pembelajaran (1) pada tulisan sebelumnya terdapat sekelumit pertanyaan tentang pengkondisian diferensiasi pembelajaran di akhir tulisan (lihat: DI SINI). Sebelum menjawab bagaimana pengkondisian tersebut sehingga berhasil secara optimanl, kita harus memahami terlebih dahulu apa itu diferensiasi pembelajaran, apa prinsip-prinsipnya, apa yang didiferensiasinya, apa dasarnya, dan apa contoh-contohnya.
Diferensiasi atau pembedaan dalam pembelajaran sangat mungkin terjadi saat sebuah institusi pembelajaran seperti sekolah, pesantren, bimbingan belajar, dan lain-lain. Bahkan, diferensiasi pembelajaran adalah sebuah keharusan. Diferensiasi pembelajaran adalah sebuah bukti keadilan dalam pembelajaran dan pendidikan.
Diferensiasi dalam pembelajaran [differentiated instruction] adalah respon proaktif guru terhadap kebutuhan murid yang dibentuk oleh pola piker [mindset] dan dipandu oleh prinsip-prinsip umum diferensiasi yakni: sebuah lingkungan yang mendukung dan mendorong pembelajaran, kurikulum berkualitas, asesmen yang bermakna bagi pengajaran dan pembelajaran, instruksi atau pengajaran yang merespon perbedaan murid, kepemimpinan siswa dan manajemen rutin.
Diferensiasi dapat terjadi pada empat hal pokok: konten, proses, produk, dan lingkungan. Diferensiasi pada konten adalah pembedaan pada informasi dan ide yang mana siswa sedang berusaha untuk meraih tujuan pembelajaran. Diferensiasi pada proses adalah pembedaan pada bagaimana murid mengambil, memproses dan memahami konten. Diferensiasi pada produk adalah pembedaan pada bagaimana murid menunjukkan apa yang mereka ketahui, fahami, dan bisa lakukan. Diferensiasi pada lingkungan adalah pembedaan pada iklim atau suasana kelas.
Diferensiasi dilakukan berdasarkan tiga hal pokok atas murid: kesiapannya, ketertarikannya, dan profil belajarnya. Kesiapan murid adalah tingkat kedekatan murid pada tujuan belajar yang spesifik. Ketertarikan murid adalah kegemaran [passion], daya tarik [affinity], sifat kekeluargaan [kinship], yang memotivasi pembelajaran. Profil belajar adalah pilihan pendekatan pada pembelajaran.
Diferensiasi pembelajaran dapat dilakukan melalui contoh-contoh berikut ini: pusat pembelajaran [learning center], grafik organizer, scafolding membaca dan menulis, preferensi kecerdasan, tugas berderet-bertingkat [tiered assignment], kontrak belajar, Tic-Tac-Toe, instruksi kompleks, proyek mandiri, proyek, diskusi kelompok kecil, dan lain sebagaianya. Referensi lengkap tentang apa itu diferensiasi pembejaran, apa prinsip-prinsipnya, apa yang didiferensiasinya, apa dasarnya, dan apa contoh-contohnya sebagaimana dipaparkan dalam tulisan ini bisa ditemukan dalam buku tulisan Carol Ann Tomlinson dan Tonya R Moon, Assessment and Students Success in a Differentiated Classroom.
Dari sinilah kita lalu bisa menjawab pertanyaan bagaimana mungkin sebuah diferensiasi pembelajaran bisa terjadi? Bagaimana dengan sistem dan efektivitas penilaiannya? Apa yang menjadi nilai tambah dari pembelajaran yang berdiferensiasi? Apa yang menjadi tantangannya? Kondisi-kondisi seperti apa yang memungkinkan sebuah pembelajaran berdiferensiasi bisa berjalan dan berhasil secara maksimal?
Sampai jumpa di tulisan berikutnya…
Cibubur, 6 Oktober 2020
Suwandi – English Teacher