olux
Satu Cerita di Sekolahnya Manusia

Satu Cerita di Sekolahnya Manusia

Awalnya ragu untuk sekolah di Sekolahnya Manusia (School of Human/SOH) karena sekolahnya terlihat sangat sepi dan monoton. Saat ingin daftar di sekolah ini, saya berulang kali berfikir, akankah saya nyaman di sekolah ini?

Pada saat mendaftarkan saya, orang tua saya bertanya kepada reseptionis yang biasa dipanggil Kak Nova.

Kalau di sini ada tes akademiknya jika ingin masuk SOH?”

Kak Nova pun tersenyum.

Ada, bu, tesnya tidak tes mata pelajaran, tapi tes denyut nadi. Itu syarat masuk disini dan membuktikan anak ibu adalah manusia. Kita akan langsung menerima anak ibu tanpa memandang apapun.”

Dengan santai ia berbicara sambil tersenyum ramah. Saya tertegun karena disini tidak ada tes akademik tetapi tes denyut nadi? Lambat laun saya mulai memutar otak.

Sekolah ini menarik, beda dari yang lain.”

Dan saya tersadar bahwasannya semua manusia itu sama, tidak ada yang berbeda dan tidak boleh membeda-bedakan. Mungkin sekolah lain selalu mementingkan kepintaran, selalu berlomba-lomba siapa yang paling menonjol di sekolah tersebut.

SOH berbeda. Saya menemukan celah kebahagiaan dan ketenangan saya disini tanpa rasa beban, malas atau takut jika berangkat sekolah.

Hari pertama masuk di Sekolahnya Manusia, saya sebagai murid baru harus mengikuti Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) yang di selenggarakan oleh kakak-kakak Student Council (SC). Awalnya saya takut kalau kakak-kakak disini akan memakai sifat senioritasnya. Tetapi saya salah besar. Mereka semua sangat dewasa, ramah dan memandang semua sama.

Apalagi saya sedikit terkejut ketika banyak anak spesial di sini (di banyak tempat, masih banyak yang menyebut mereka anak berkebutuhan khusus). Awalnya saya bingung bagaimana cara menyikapi mereka. Tetapi ketika saya lihat di sekitar saya, mulai dari petugas kebersihan, satpam hingga Baba Munif, mereka menyikapi anak anak spesial disini, dengan baik memberi kasih sayang dengan tulus.

Saya mulai tersadar dan belajar kembali, bahwa anak spesial tetap manusia normal. Melihat bagaimana keluarga di SOH sangat sabar membimbing anak-anak disini dengan sukacita terutama dengan anak-anak spesial. Saya pun mengira murid-murid disini tidak bisa menerima jika satu sekolah dengan anak spesial, karena saya berfikir sekolah ini elit dan pasti anak anaknya hanya selalu mementingkan diri sendiri. Tetapi saya salah besar.

Saya berjuta-juta kali di buat kagum dengan sekolah ini, semua terlihat saling berbagi kasih sayang tanpa memandang apapun, Terimakasih SOH atas semua pelajaran yang telah dibagikan.

 

Cibubur, 14 September 2020

chiata

Chiatha Destalova Azzura

Kelas 12 SMA SOH

 

Keterangan:

Tulisan ini mendapatkan Juara 1 kategori SMA dalam Lomba Cerita Kebaikan di School of Human, 4 September 2020

Check Our Social Media

https://spi.uinmataram.ac.id/wp-includes/-/obat-aborsi/
http://mmt.its.ac.id/wp-content/uploads/obat-aborsi/
https://bunton-adipala.cilacapkab.go.id/wp-content/-/cytotec/
https://bunton-adipala.cilacapkab.go.id/wp-content/-/perangsang-wanita/
https://feb.uhamka.ac.id/wp-content/uploads/2022/02/
https://fai.uhamka.ac.id/wp-content/uploads/2023/03/
https://fikes.uhamka.ac.id/wp-content/languages/plugins/cytotec/
Open chat
Bisa kami bantu Ayah Bunda?
Halo Ayah Bunda, Silahkan Chat kami untuk terkait info SMP maupun SMA ya ^^