Guru Zaman Now – Dari Pemberi Materi Menjadi Pembimbing Project Based Learning (PBL)

Share This Post

— SMP SCHOOL OF HUMAN —

Artikel oleh Fathi Nur Amin, S.Kom.

===oOo===

Di era digital yang serba cepat ini, peran guru tidak lagi sekadar berdiri di depan kelas dan menjelaskan materi dari buku teks. Guru zaman now bukan hanya penyampai informasi, tetapi juga pemandu eksplorasi pengetahuan. Terutama bagi guru ICT atau Informatika, perubahan ini terasa begitu nyata: dari mengajarkan teori komputer menjadi membimbing siswa mencipta karya nyata berbasis teknologi.

Dari “Mengajar” ke “Mengarahkan”

Dulu, tugas utama guru adalah memastikan siswa memahami konsep—misalnya bagaimana komputer bekerja atau bagaimana perangkat lunak digunakan. Kini, dengan mudahnya akses informasi di internet, siswa dapat belajar dasar-dasar itu sendiri melalui video tutorial, forum, atau bahkan AI seperti ChatGPT.

Maka, peran guru bergeser: bukan lagi sebagai satu-satunya sumber ilmu, melainkan sebagai pembimbing proses berpikir. Guru membantu siswa belajar bagaimana memecahkan masalah, berkolaborasi, dan mencipta sesuatu yang bermakna. Di sinilah Project Based Learning (PBL) menjadi kunci.

PBL: Belajar dari Proyek Nyata

Dalam pendekatan PBL, siswa tidak hanya mendengarkan atau mencatat, tetapi mereka mengerjakan proyek yang relevan dengan dunia nyata. Misalnya, siswa kelas 8 diminta membuat video edukatif tentang pentingnya menjaga jejak digital atau cara menghindari cyber bullying.

Tugas guru bukan memberi semua jawaban, tetapi menuntun siswa melalui pertanyaan:

  • Apa tujuan dari video ini?
  • Siapa audiens yang ingin disasar?
  • Bagaimana menyusun naskah yang efektif?
  • Bagaimana mengedit video agar menarik dan informatif?

Di proses itulah guru membantu siswa menerapkan berpikir komputasional — bukan sekadar tentang coding, tetapi tentang cara berpikir terstruktur dan logis untuk menyelesaikan masalah.

Berpikir Komputasional dalam PBL ICT

Berpikir komputasional meliputi empat komponen utama: dekomposisi, pengenalan pola, abstraksi, dan algoritma.
Mari kita lihat bagaimana keempatnya hadir dalam proyek video editing:

  1. Dekomposisi (Decomposition)
    Siswa memecah proyek menjadi beberapa tahap: perencanaan, penulisan naskah, pengambilan gambar, pengeditan, dan publikasi. Guru membantu mereka memahami bahwa proyek besar bisa diselesaikan jika diuraikan menjadi bagian-bagian kecil.
  2. Pengenalan Pola (Pattern Recognition)
    Siswa belajar mengenali struktur umum video yang menarik — seperti pembuka yang kuat, isi yang jelas, dan penutup yang berkesan. Dari situ, mereka bisa meniru atau mengadaptasi pola tersebut untuk karya mereka sendiri.
  3. Abstraksi (Abstraction)
    Dalam proses pembuatan video, siswa harus memilah mana informasi penting yang perlu ditampilkan, dan mana yang sebaiknya disederhanakan. Abstraksi ini melatih kemampuan berpikir kritis dan efisien.
  4. Algoritma (Algorithmic Thinking)
    Siswa menyusun urutan langkah-langkah pembuatan video — misalnya: menulis naskah merekam mengedit menambahkan musik mengekspor hasil akhir. Ini adalah bentuk algoritmik nyata yang diterapkan dalam konteks kreatif.

Dengan cara ini, berpikir komputasional tidak lagi terasa kaku atau terbatas pada pemrograman, tetapi menjadi gaya berpikir dalam menyelesaikan proyek kehidupan nyata.

Guru Sebagai Fasilitator Kreativitas

Dalam konteks PBL, guru ICT berperan seperti coach dalam sebuah tim kreatif. Ia memberi arahan, membantu mengatasi hambatan teknis, dan menumbuhkan rasa percaya diri siswa. Guru juga perlu membuka ruang bagi siswa untuk bereksperimen, gagal, dan mencoba lagi.

Misalnya, ketika hasil edit video belum sesuai harapan, guru tidak langsung memperbaiki, tetapi menuntun siswa untuk menganalisis:

Apa yang membuat transisinya terasa kurang halus?
Apakah musik latar sudah mendukung pesan videonya?

Dari dialog semacam ini, siswa belajar refleksi diri dan berpikir kritis — dua keterampilan penting di era digital.

Dampak Nyata bagi Siswa-siswi

Pendekatan PBL berbasis berpikir komputasional dan proyek kreatif seperti video editing bukan hanya melatih keterampilan teknis, tetapi juga soft skills penting:

  • Kolaborasi dan komunikasi dalam tim
  • Manajemen waktu dan tanggung jawab
  • Kreativitas dalam menyampaikan pesan
  • Kemampuan berpikir sistematis dan reflektif

Siswa tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pencipta konten digital yang bermakna.

Penutup

Guru zaman now tidak bisa lagi hanya menjadi “pemberi kunci jawaban”. Dunia sudah berubah — begitu pula cara kita belajar. Di ruang kelas modern, guru adalah navigator yang membimbing siswa menjelajahi samudra informasi, membantu mereka menemukan arah, dan akhirnya mengarahkan mereka menjadi pembelajar mandiri yang kreatif dan tangguh.

Melalui Project Based Learning, berpikir komputasional, dan proyek-proyek seperti video editing, guru ICT berperan penting dalam menyiapkan generasi muda untuk menghadapi tantangan dunia digital — bukan hanya sebagai penonton, tetapi sebagai pencipta masa depan.

Fathi Nur Amin, S.Kom, biasa di SOH dipanggil dengan panggilan Abah Fathi, adalah Guru mata pelajaran Information and Communication Technology (ICT) dan juga mengajar mata pelajaran Pendidikan Pancasila (PP) di SMP School of Human. Ia telah bergabung di School of Human sejak tahun 2016, setahun setelah SOH lahir. Di tahun pelajaran 2025-2026 ini, Ia juga diberi amanah tambahan sebagai Wali Kelas 7 SMP School of Human.

Yuk Daftar Sekarang!!

Sekolah Pemantik Bakat dan Minat Siswa

More To Explore

SMP-SMA School of Human

Sekolah Pemantik Bakat dan Minat Siswa